Kunjungi Channel YouTube kami di "Guru Itung" Channel

Halaman

Monday, September 13, 2021

Pengambilan Keputusan Bagi Pemimpin Pembelajaran

Oleh: Jamaluddin Tahuddin


Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan hendaknya bisa memberi teladan bagi orang lain terutama siswa. Keputusan yang diambil diharapkan dapat memotivasi orang lain dan siswa untuk melakukan hal-hal yang sifatnya positif. Dan saat berada di belakang, keputusan yang diambil seorang pemimpin pembelajaran hendaknya bisa menjadi mendukung optimalisasi siswa ataupun orang lain. Sebagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi pratap trilokanya yaitu 

  • Ing ngarso sung tuladha, artinya “di depan memberi teladan”
  • Ing madya mangun karsa, artinya “di tengah membangun motivasi”
  • Tut wuri handayani, artinya “di belakang memberikan dukungan”

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Jika kita memiliki nilai sosial yang tinggi tentunya kita akan menjadikan kebaikan orang banyak sebagai pertimbangan, maka dalam mengambil keputusan akan didasari oleh prinsip berpikir berbasis hasil akhir. Jika kita menjunjung tinggi prinsip-prinsip/ nilai-nilai dalam diri dan berpegang teguh padanya, maka kita akan mengambil keputusan berdasarkan prinsip berpikir berbasis peraturan. Namun, jika kita berharap orang lain juga akan melakukan hal yang sama terhadap diri kita atau berpikir sekiranya kita berada di posisi orang tersebut, maka kita akan mengambil keputusan berdasarkan prinsip berpikir berbasis rasa peduli.

Kegiatan terbimbing yang dilakukan pada materi pengambilan keputusan sangat berkaitan dengan kegiatan Coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator selama proses pembelajaran terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah diambil. Langkah-langkah pengambilan keputusan yang dilakukan secara terbimbing merupakan implementasi dari teknik coaching yang diperoleh pada modul 2. Langkah-langkah pengambilan keputusan itu mengarahkan kita dalam menggali potensi yang dimiliki berupa nilai-nilai moral dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Berdasarkan nilai-nilai moral yang ada dalam diri, kita dapat mengambil keputusan dengan menggunakan 3 prinsip berpikir yakni berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis aturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Pengambilan keputusan dengan menggunakan langkah-langkah pengujian tentu sangatlah efektif. Kalaupun dalam pengambilan keputusan itu masih ada sejumlah pertanyaan dalam diri, maka kita bisa merefleksi kembali melalui arahan yang menggunakan teknik coaching.

Terkait pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Nilai-nilai itu sangat mempengaruhi prinsip berpikir seorang pendidik sehingga ikut pula mempengaruhi keputusan yang diambil seorang pendidik.

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat tentunya melalui tahapan berpikir dan pengujian benar atau salah sehingga dampak negatif bisa diminimalkan bahkan ditiadakan. Dampak positif yang dihasilkan dapat mewujudkan lingkungan yang positif pula. Lingkungan yang positif tentu akan menciptakan suasana yang kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika sangat dipengaruhi oleh paradigma yang berkembang di lingkungan kita. Suatu keputusan terkadang harus melawan kebenaran demi sebuah kesetiaan atau loyalitas pada pimpinan atau suatu keputusan harus melawan keadilan demi sebuah rasa kasihan. Tidak sedikit pula keputusan yang diambil harus mengorbankan kepentingan orang banyak demi kepentingan pribadi atau bahkan lebih mementingkan keperluan jangka pendek ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita mesti melakukan pengujian terhadap paradigma yang berkembang agar tepat dalam mengambil keputusan.

Pengambilan keputusan yang kita ambil sangat berpengaruh terhadap pembelajaran. Oleh karena itu pengambilan keputusan hendaknya berpihak pada murid agar keputusan yang diambil dapat mendukung terwujudnya merdeka belajar bagi murid. Pengambilan keputusan yang didasari prinsip berpikir berbasis hasil akhir dan prinsip berpikir berbasis rasa peduli, tentunya akan mempertimbangkan kebutuhan murid sebelum mengambil keputusan. 

Ketika seorang pemimpin pembelajaran mengambil keputusan berdasarkan paradigma jangka panjang dengan menggunakan prinsip berpikir berbasis hasil akhir dan rasa peduli, maka masa depan murid senantiasa akan menjadi dasar pertimbangan sebelum mengambil keputusan. 

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan ini adalah bahwa seorang pemimpin pembelajaran hendaknya berhati-hati dalam mengambil keputusan. Pemimpin pembelajaran harus memperhatikan paradigma yang berkembang dan prinsip berpikir yang digunakan dalam mengambil keputusan karena keputusan yang diambil seorang pemimpin pembelajaran sangat berpengaruh dalam pembelajaran dan masa depan murid. Filosofi pratap triloka Ki Hajar Dewantara dapat menjiwai setiap keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran sehingga menjadikan dirinya sebagai coach yang baik bagi murid-muridnya.


 

Share:

Friday, September 10, 2021

Saturday, September 4, 2021

Catatan Akhir Pekan Guru Penggerak Part 17: 9 Langkah Pengambilan Keputusan

Oleh: Jamaluddin Tahuddin


Pekan ini saya mempelajari cara mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran ketika diperhadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit dan saling bertentangan. Dalam berbagai contoh kasus yang diberikan, secara garis besar ada dua model kasus. Kedua model tersebut terdiri dari kasus-kasus yang melibatkan dua nilai yang bertentangan. Hanya saja pada model yang pertama, kedua nilai yang bertentangan tersebut merupakan dua hal yang sama-sama benar, yang kemudian disebut dilema etika. Sedangkan pada model yang kedua, nilai-nilai yang bertentangan merupakan dua hal yang berbeda yaitu benar dan salah, yang selanjutnya disebut bujukan moral. 

Pada situasi dilema etika, ada empat paradigma yang terjadi, yaitu 

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community), 

  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), 

  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty),  

  4. Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term). 

Berbagai kasus dilema etika diberikan dalam bentuk video sebanyak 4 video dilema. Video dilema yang pertama menampilkan Pak Tono yang sedang kebingungan antara menghadiri wawancara atau menolong ayahnya. Adalah benar jika Pak Tono menolong ayahnya terlebih dahulu karena bakti seorang anak kepada orang tua jauh lebih utama daripada wawancara. Akan tetapi benar juga jika dia menghadiri wawancara terlebih dahulu karena Pak Tono sudah buat janji dengan pihak yayasan. Paradigma yang terjadi pada situasi ini adalah dilema rasa keadilan lawan rasa kasihan. Dalam kasus Pak Tono, selain ada dilema antara rasa keadilan lawan rasa kasihan, ada juga dilema kebenaran lawan kesetiaan dan jangka pendek lawan jangka panjang. Sekiranya pak Tono menghadiri wawancara terlebih dahulu, maka ia memenuhi rasa keadilan, kebenaran, dan jangka pendek (dunia). Akan tetapi, jika ia menolong ayahnya, maka ia memenuhi rasa kasihan, kesetiaan, dan jangka panjang (akhirat).

Video dilema yang kedua menampilkan Bu Hani yang bingung antara tetap harus meminta Made membayar denda karena terlambat mengembalikan buku di perpustakaan atau memberikan pengecualian kepada Made karena tergolong siswa tidak mampu. Adalah benar jika Bu Hani tetap meminta Made membayar denda karena itu adalah sesuai aturan yang berlaku. Tapi benar juga jika Bu Hani memberikan pengecualian kepada Made karena kasihan sama Made yang tergolong siswa tak mampu. Paradigma yang terjadi adalah dilema rasa keadilan lawan rasa kasihan. Dalam kasus ini, selain terjadi dilema rasa keadilan lawan rasa kasihan, bisa juga dilema individu lawan masyarakat dan dilema Kebenaran lawan kesetiaan. Jika Bu Hani tetap meminta Made membayar denda, maka ia telah memenuhi rasa keadilan, masyarakat dalam hal ini warga sekolah, dan kesetiaan pada aturan yang berlaku. Akan tetapi, jika ia memberikan pengecualian kepada Made maka ia memenuhi rasa kasihan, individu (Made), dan kebenaran karena menolong orang yang susah.

Video dilema yang ketiga menampilkan Pak Budi yang lagi bingung antara harus jujur dan memberi tahu kepala sekolah mengenai les privat yang diberikan oleh pak Bambang atau melindunginya. Adalah benar jika Pak Budi jujur dan memberi tahu kepala sekolah mengenai les privat yang diberikan oleh pak Bambang karena hal itu sudah menjadi aturan yang berlaku di sekolah tersebut. Tapi benar juga jika Pak Budi melindungi Pak Bambang karena kasihan. Paradigma yang terjadi adalah dilema rasa keadilan lawan rasa kasihan. Selain dilema rasa keadilan lawan rasa kasihan, dalam kasus pak Budi juga ada dilema individu lawan masyarakat dan kebenaran lawan kesetiaan. Sekiranya Pak Budi jujur dan memberi tahu kepala sekolah mengenai les privat yang diberikan oleh pak Bambang, maka ia memenuhi rasa keadilan, masyarakat (siswa dan guru), dan kebenaran. Akan tetapi, jika pak Budi melindungi Pak Bambang, maka ia memenuhi rasa kasihan, individu (Pak Bambang), dan kesetiaan kepada sahabatnya.

Video dilema yang keempat menampilkan tiga orang siswa laki-laki yang lagi bingung antara bermain bola atau membantu temannya mengumpulkan dana untuk karya wisata. Paradigma yang terjadi adalah dilema individu lawan masyarakat. Selain terjadi dilema individu lawan masyarakat, dalam kasus ini juga terjadi dilema jangka pendek lawan jangka panjang. Jika mereka memilih bermain bola maka mereka memenuhi kepentingan mereka bertiga (individu) dan jangka pendek (hari cerah). Akan tetapi, jika mereka membantu temannya mengumpulkan dana untuk karya wisata, maka mereka memenuhi kepentingan masyarakat (teman-temannya) dan jangka panjang karena kegiatan pengumpulan dana untuk kepentingan jangka panjang.

Pemikiran seseorang dalam mengambil keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai atau prinsip yang dianut orang tersebut. Prinsip-prinsip yang paling sering mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil keputusan adalah sebagai berikut:

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking

Orang yang mengambil keputusan berdasarkan prinsip berpikir berbasis hasil akhir akan melakukan atau mengambil keputusan dengan senantiasa menjadikan kebaikan orang banyak sebagai pertimbangan. Orang yang mengambil keputusan berdasarkan prinsip berpikir berbasis peraturan, cenderung akan menjunjung tinggi prinsip-prinsip/ nilai-nilai dalam dirinya. Sementara orang yang mengambil keputusan berdasarkan prinsip berpikir berbasis rasa peduli cenderung akan melakukan apa yang dia harapkan orang lain akan lakukan kepada dirinya.

Sebagai panduan dalam mengambil keputusan pada situasi dilema etika, ada 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu:

  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut

  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan.

  4. Pengujian benar atau salah

Ada lima pertanyaan untuk menguji benar atau salah, yaitu

  1. Apakah ada aspek pelanggaran hukum? (Uji legal)

  2. Apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik? (Uji Regulasi/Standar Profesional)

  3. Apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang diyakini? (Uji intuisi)

  4. Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik  dan menjadi viral di media sosial? (Uji publikasi)

  5. Apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan? (Uji panutan/ idola)

  1. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, yaitu dengan melihat paradigma mana yang terjadi. Apakah paradigma Individu lawan masyarakat, Rasa keadilan lawan rasa kasihan, Kebenaran lawan kesetiaan, atau Jangka pendek lawan  jangka panjang.

  2. Melakukan Prinsip Resolusi, yaitu dengan melihat prinsip yang akan dipakai. Apakah prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir, Berpikir Berbasis Peraturan, atau Berpikir Berbasis Rasa Peduli.

  3. Investigasi Opsi Trilema, yaitu alternatif lain yang lebih kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul saat kebingungan menyelesaikan masalah.

  4. Buat Keputusan

  5. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Berbekal 9 langkah di atas, kami mencoba menyelesaikan kasus yang terjadi di sekolah tempat mengajar salah seorang rekan kelompok. Dalam kasus ini, rekan kami berada dalam situasi dilema etika antara mengikuti perintah kepala sekolah untuk mengeluarkan seorang siswa dari sekolah atau tetap mempertahankan siswa tersebut. Namun akhirnya kami memutuskan bahwa siswa tersebut tidak perlu dikeluarkan dari sekolah. Pengambilan keputusan ini didasari oleh ketiga prinsip pengambilan keputusan, yaitu prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking), karena pada pengambilan keputusan ini kami mengandaikan diri kami berada pada posisi siswa tersebut. Dalam kasus ini, terjadi pertentangan antara rasa keadilan dan rasa kasihan. Sekalipun dalam kasus ini, terjadi pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa tersebut, akan tetapi rekan kami tentu akan merasa tidak nyaman bila keputusan ini dipublikasikan di halaman depan koran. Pasalnya, hal ini bukanlah sesuatu yang bisa menjadi konsumsi publik. Terlebih lagi dampaknya akan terjadi pada siswa itu sendiri. Kami yakin bahwa panutan ataupun idola kami juga akan mengambil keputusan yang sama jika berada pada situasi ini. Selain itu, kami juga memiliki sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma), yakni bekerja sama dengan dinas sosial dalam penanganan rehabilitasi siswa tersebut untuk mendapatkan pembinaan dan pelatihan agar ia tidak lagi melakoni pekerjaan sebagai PSK. Keputusan ini memberikan pelajaran yang sangat berharga yakni guru mesti lebih peduli terhadap siswa dan bagi siswa yang lain bisa lebih menjaga pergaulan demi masa depan mereka.

Dari pelajaran pekan ini, saya berkesimpulan bahwa dilema etika adalah situasi dimana kita diperhadapkan pada dua pilihan yang bertentangan  dan keduanya merupakan sesuatu yang benar (benar lawan benar). Sedangkan bujukan moral adalah situasi dimana kita juga diperhadapkan pada dua pilihan yang bertentangan, akan tetapi yang satunya benar dan satunya lagi bernilai salah (benar lawan salah). 4 paradigma pengambilan keputusan yaitu Individu lawan masyarakat, Rasa keadilan lawan rasa kasihan, Kebenaran lawan kesetiaan, dan Jangka pendek lawan jangka panjang. 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir, Berpikir Berbasis Peraturan, dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli. Orang yang mengambil keputusan berdasarkan prinsip berpikir berbasis hasil akhir akan melakukan atau mengambil keputusan dengan senantiasa menjadikan kebaikan orang banyak sebagai pertimbangan. Orang yang mengambil keputusan berdasarkan prinsip berpikir berbasis peraturan, cenderung akan menjunjung tinggi prinsip-prinsip/ nilai-nilai dalam dirinya. Sementara orang yang mengambil keputusan berdasarkan prinsip berpikir berbasis rasa peduli cenderung akan melakukan apa yang dia harapkan orang lain akan lakukan kepada dirinya. 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yaitu mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut, Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, Pengujian benar atau salah, Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, Melakukan Prinsip Resolusi, Investigasi Opsi Trilema, membuat keputusan, dan merefleksi keputusan. Dari modul ini, saya baru mengetahui bahwa dalam mengambil keputusan kita tidak boleh gegabah. Kita harus memperhatikan banyak hal seperti mengumpulkan fakta, menguji benar atau salah, menguji paradigma, dan yang terpenting adalah kita harus menyadari prinsip yang digunakan dalam mengambil keputusan, apakah berbasis hasil akhir, peraturan, atau rasa peduli. Akan tetapi setelah mengambil keputusan, kita masih harus merefleksi keputusan yang kita ambil.

Sebelum saya mempelajari modul ini, saya hanya menggunakan intuisi dalam setiap pengambilan keputusan terutama dalam situasi moral dilema. Setelah mempelajari modul ini, saya baru mengetahui bahwa setidaknya ada 9 langkah dalam mengambil keputusan jika kita berada pada situasi moral dilema. Materi ini membuat saya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan terutama pada saat diperhadapkan pada dilema benar lawan benar.

Kedepannya saya berharap bisa menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam mengambil keputusan ketika berada pada situasi dilema etika atau bujukan moral. Dengan demikian, saya bisa mengenal masalah yang sedang dihadapi dengan baik dan dapat mengambil keputusan secara bertanggung jawab. 


Share:

Komentar Terbaru

Translate

Followers

Guru Itung. Powered by Blogger.

Contact Form

Name

Email *

Message *