Oleh: Jamaluddin Tahuddin
Setelah melalui 3 pembelajaran sebelumnya, kami
membuat refleksi individu 4P atas proses kolaborasi yang telah kami lakukan bersama
anggota kelompok yang lain di Pembelajaran 3 dalam menyelesaikan tugas
pembuatan pemetaan kekuatan dari setiap aset yang dimiliki. Dengan menggunakan
poin-poin panduan (4P) yang disajikan di setiap halaman, kami berusaha menyusun
refleksi secara individu. Adapun poin-poin panduan (4P) tersebut adalah sebagai
berikut:
1)
Peristiwa: Peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi dalam diskusi?
2)
Perasaan: Perasaan apa yang muncul saat proses pembelajaran?
3)
Pembelajaran: Pembelajaran apa saja yang diperoleh melalui peta
kekuatan?
4)
Perubahan: Jika saya ingin membuat perubahan dengan konsep inkuiri apresiatif;
a.
Apa saja yang perlu saya pelajari lebih lanjut?
b.
Apa saja strategi yang dilakukan untuk melaksanakan
perubahan?
Dari pertanyaan pada poin-poin panduan di atas, saya
mencoba merefleksikan kembali proses pembelajaran yang telah dilalui dan
mengambil pembelajaran dari proses kolaborasi. Dimana pada pembelajaran
sebelumnya, kami melakukan diskusi terkait pemetaan kekuatan yang dimiliki sekolah
masing-masing sebagai pendukung terwujudnya visi guru Penggerak. Dalam diskusi tersebut
membahas tentang pemetaan kekuatan yang mendukung terwujudnya visi guru Penggerak.
Diskusi ini diikuti oleh 2 kelompok yang terdiri dari masing-masing 4 orang
anggota. Masing-masing kelompok mempresentasikan aset yang dimiliki oleh
sekolah tempat anggotanya mengajar yang bisa menjadi kekuatan dalam mewujudkan
visi mereka sebagai guru penggerak. Fasilitator memandu di awal dan akhir
diskusi, sementara jalannya diskusi pada saat presentasi oleh masing-masing
kelompok dipandu oleh moderator yang ditunjuk oleh anggota dari masing-masing
kelompok penyaji. Kemudian masing-masing kelompok menunjuk 1 orang penyaji yang
mempresentasikan hasil diskusi mereka, sementara anggota kelompok lain
menanggapi.
Pada saat proses pembelajaran, saya merasa lega karena
kekurangan yang dimiliki oleh sekolah saya ternyata bisa menjadi kekuatan yang
bisa mendukung terwujudnya visi saya selaku guru penggerak. Selain itu, saya
juga merasa bahwa selama ini saya kurang bijak jika ingin melakukan sebuah
perubahan baik pada diri sendiri maupun di sekolah. Selama ini saya lebih
banyak memetakan kekurangan saja tanpa memperhatikan kelebihan yang dimiliki.
Sehingga dengan mengetahui manajemen Inkuiri Apresiatif, saya merasa senang
karena dengan manajemen ini saya bisa mengetahui hal-hal positif yang bisa
dilakukan dengan menggunakan potensi positif yang dimiliki.
Pembelajaran yang diperoleh melalui peta kekuatan adalah sebagai berikut:
- Kita akan senantiasa berpikiran positif dalam menyikapi setiap masalah terutama dalam merencanakan sebuah perubahan.
- Dengan memetakan kekuatan, kita bisa membuat perencanaan yang lebih matang karena disesuaikan dengan kekuatan yang dimiliki.
- Dengan adanya peta kekuatan, kita bisa mengetahui langkah yang tepat dalam melaksanakan perubahan sekaligus bisa mengetahui dengan siapa saja kita bisa bekerjasama mewujudkan visi kita.
Oleh karena itu, jika saya ingin membuat perubahan dengan konsep inkuiri apresiatif, maka saya akan mempelajari bentuk implementasi model BAGJA dalam manajemen perubahan yang mengadopsi konsep inkuiri apresiatif dalam pelaksanaannya. Adapun strategi yang akan saya lakukan untuk melaksanakan perubahan adalah dengan menerapkan model BAGJA seperti berikut:
- Memulai dengan membuat daftar pertanyaan terkait perubahan yang akan dilakukan
- Mengambil pelajaran dari praktik baik yang pernah dilakukan orang lain.
- Membuat gambaran dari apa yang diimpikan termasuk di dalamnya gambaran keadaan setelah impian itu tercapai.
- Membuat perencanaan dengan membuat capaian yang realistis dan target capaian berikutnya secara berkala, membuat time schedule, serta papan pengumuman untuk mengingatkan program yang akan dilaksanakan.
- Menentukan orang-orang atau pihak yang akan dilibatkan kemudian menjalin komunikasi yang baik dengan mereka, serta membuat alur pelaksanaan dan SOP.
Sebagai latihan, pada kegiatan demonstrasi kontekstual
kami berlatih menerapkan Inkuiri Apresiatif untuk mengidentifikasi potensi
murid dan membuat strategi untuk menumbuhkannya. Selain itu, kami juga berlatih
memberikan umpan balik secara terstruktur terhadap pekerjaan CGP yang lain.
Pada bagian ini, kami ditantang untuk menjalankan model manajemen perubahan Inkuiri
Apresiatif BAGJA secara nyata. Namun sebelumnya, kami menyimak terlebih dahulu paparan
Jon Townsin seorang Psikolog Organisasi yang menjelaskan Inkuiri Aspiratif
dalam video. Dari video tersebut diketahui bahwa menurut Townsin, Inkuiri
Aspiratif sebagai filosofi dan proses untuk memanfaatkan kekuatan dan
pengalaman semua orang yang berada dalam suatu sistem untuk mewujudkan yang
diinginkan. Inkuiri apresiatif dapat menyuntikkan energi, harapan dan optimisme
ketika kebutuhan untuk perubahan telah teridentifikasi. Salah satu contoh kebutuhan
untuk perubahan adalah bagaimana merekomendasikan strategi pengenalan kekuatan
dan potensi murid. Ini disebabkan karena selama ini perhatian guru lebih banyak
tertuju pada murid yang secara akademik berprestasi atau malah lebih
memfokuskan perhatian pada murid ‘bermasalah’ atau murid yang mengalami
kesulitan untuk dididik. Namun, seringkali lupa bahwa mayoritas murid yang dimiliki
adalah murid-murid yang tampak biasa saja. Murid-murid ini memiliki kemungkinan
untuk kita abaikan karena tidak ada hal menonjol yang mereka miliki. Namun,
perlu ada perubahan dalam memandang mereka dan mendidik mereka.
Oleh karena itu, kami diminta membuat rancangan
tindakan perubahan berdasarkan tahapan B-A-G-J-A untuk mulai mengubah arah
didikan dengan lebih adil dan berpihak pada murid, khususnya pada murid yang
selama ini jarang diperhatikan. Kami diminta menemukan potensi dan kekuatan
yang mereka miliki serta hal baru apa yang dapat dilakukan untuk menggali
potensi mereka. Untuk itu saya mencoba menjalankan B-A-G-J-A tahap demi tahap
dan berhasil merumuskan pertanyaan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengenal kekuatan dan potensi murid. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
PRAKARSA PERUBAHAN |
Strategi
Pengenalan Kekuatan dan Potensi Murid |
|
TAHAPAN |
Pertanyaan |
Daftar
tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan |
B-uat pertanyaan (Define) |
·
Hal baik apa
yang dapat ditemukan dari murid biasa dalam kegiatan belajar? ·
Apa yang
menarik dari respon, aktivitas, dan hasil belajar murid biasa? |
·
Mengamati
aktivitas murid biasa baik pada saat belajar di kelas maupun di luar kelas. ·
Memperhatikan
hasil belajar murid biasa. |
A-mbil pelajaran (Discover) |
·
Siapakah
murid biasa yang pernah berprestasi? ·
Bagaimana
cara dia mengatur waktu belajarnya? ·
Apa saja
yang dia lakukan agar bisa berprestasi? ·
Hal baik apa
yang telah aku lakukan selama ini yang mendukung usahanya untuk berprestasi? ·
Kemampuan
apa yang saya miliki yang dapat membantunya berprestasi? |
·
Mencari
profil murid biasa yang pernah berprestasi ·
Mencari tahu
dan mencatat bagaimana dia mengatur waktu belajarnya dan kegiatannya. |
G-ali mimpi (Dream) |
·
Apakah
kebiasaan-kebiasaan baru yang saya lakukan tetap dilakukan setelah murid
berprestasi? ·
Bagaimana
perasaan saya jika berhasil menjadikan murid biasa berprestasi? ·
Apa saja
hal-hal baru yang bisa kulakukan setelah berhasil menjadikan murid biasa
berprestasi? ·
Hal-hal apa
yang mendukung murid biasa bisa berprestasi? |
·
Membuat
gambar diri dengan murid biasa yang berprestasi. ·
Memajangnya
di kamar dan mengingatnya selama saya melakukan usaha-usaha selanjutnya. |
J-abarkan rencana (Design) |
·
Berapa lama
target untuk menjadikan murid biasa berprestasi? ·
Apa
tindakan-tindakan yang bisa mendukung murid biasa berprestasi? ·
Bagaimana
mengukur kemajuan dan menentukan langkah selanjutnya ·
Bagaimana
cara agar murid biasa saling menyemangati untuk bisa berprestasi? ·
Apa langkah
paling sederhana/ langkah pertama yang bisa dilakukan? |
·
Membuat
capaian yang realistis untuk setiap minggunya ·
Membuat
catatan besar target yang akan dicapai per minggu dan memajangnya di kaca
lemari ·
Membuat time
schedule ·
Memasang
papan pengumuman untuk mengingatkan program yang akan dilaksanakan. ·
Meminta
istri dan teman sejawat untuk mengingatkan program yang akan dilaksanakan. |
A-tur eksekusi (Deliver) |
·
Siapa saja
yang akan saya libatkan dalam mewujudkan rencana ini? Berperan sebagai apa
saja? ·
Kapan usaha menggali
potensi murid biasa akan mulai dilakukan? ·
Siapa yang
bisa mengarahkan dan memantau kegiatan yang saya lakukan? ·
Bagaimana
pencatatan kemajuan dari kegiatan yang saya lakukan? ·
Siapa yang
akan menampung curhatan tentang kesulitan-kesulitan menggali potensi murid
biasa? |
·
Mengajak
guru lain yang memiliki keinginan yang sama ·
Aktif
mengikuti kegiatan MGMP ·
Lebih sering
berinteraksi dengan murid biasa ·
Menjalin
komunikasi dengan orang tua murid terkait kegiatan anak di rumah. |
Setelah mencoba menerapkan pendekatan Inkuiri Aspiratif melalui tahapan BAGJA, kegiatan selanjutnya adalah elaborasi pemahaman yang dilakukan secara tatap maya selama 2 JP Bersama instruktur Bapak Robertus Saliman. Dalam pemaparannya, selain mempertajam kembali mengenai pemahaman terhadap filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan paradigma perubahan Inkuiri Aspiratif melalui manajemen BAGJA, Pak Robert juga menjelaskan bahwa ada tiga peran yang bisa dimainkan dalam melakukan perubahan. Peran itu adalah perhatian, kepedulian, dan pengaruh. Sebagai pendidik, peran yang paling memungkinkan bagi seorang guru Penggerak dalam melakukan perubahan adalah dengan menggunakan pengaruhnya. Selain itu, beliau juga berbagi praktik baik penerapan wiraga wiraga-wirama wirama di Sanggar Anak Alam Yogyakarta sebagai implementasi dari filosofi Pendidikan KHD. Pendidikan di Sanggar Anak Alam Yogyakarta mengikuti kodrat tumbuh kembang anak berdasarkan filosofi Pendidikan KHD.
Dari kegiatan elaborasi pemahaman tersebut, saya bisa menghubungkan
visi CGP dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara serta pendekatan inkuiri
apresiatif. Dalam memainkan peran sebagai pendidik dan guru penggerak, seorang
guru penggerak tentunya memiliki impian atau harapan yang ingin digapai di masa
yang akan datang. Impian atau harapan itu hendaknya diejawantahkan dalam sebuah
visi yang menjadi panduan bagi seorang guru untuk mencapai tujuan. Visi
tersebut menjadi panduan bagi guru dalam menentukan strategi pembelajaran.
Selain itu, seorang guru juga bisa lebih memahami pentingnya sebuah visi dan
visi seperti apa yang dimilikinya. Visi seorang guru hendaknya berpihak pada
murid karena sasaran pekerjaannya adalah murid. Keberhasilan seorang guru baru
dapat terlihat setelah sang murid tumbuh menjadi orang dewasa dan hidup di
tengah masyarakat.
Visi juga membuat diri termotivasi untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah
sehingga terjadi upaya perbaikan dan perubahan yang berkesinambungan terutama
perubahan budaya sekolah. Perlu pelibatan semua warga sekolah karena budaya
sekolah terkait dengan sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang
dilakukan warga sekolah. Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan
proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini
dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jika diibaratkan seperti seorang
pelari yang memiliki tujuan mencapai garis “finish”, maka ia butuh peralatan
yang mendukung selama berlatih seperti alat olahraga. Salah satu pendekatan
atau paradigma yang bisa digunakan adalah pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA).
IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis
kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble
& McGrath, 2016).
Cooperrider menyatakan bahwa pendekatan IA dapat
membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang
dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang
biasa. Manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan pada
masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut untuk
diperbaiki. Hal ini berbeda dengan IA yang berusaha fokus pada kekuatan yang
dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan
tertinggi.
IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif
dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti
positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini
merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya,
IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan
kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap
selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Menurut Cooperrider, saat ini kita hidup pada zaman
yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang benar dan
baik. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan
penghargaan. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang
dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut
dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara
berkelanjutan.
Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan
mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana
hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan
perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan ketiadaan
menjadi tidak relevan. Berpijak dari hal positif yang telah ada, sekolah
kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi setiap
warga sekolah.
0 comments:
Post a Comment