Oleh: Jamaluddin Tahuddin (SMPN 28 Makassar)
Seorang guru penggerak hendaknya memiliki nilai-nilai guru penggerak dalam jiwanya. Nilai-nilai itu adalah mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Kelima nilai tersebut penting dimiliki oleh setiap guru penggerak karena jika guru penggerak memiliki nilai mandiri, maka ia akan lebih leluasa berkembang karena tidak perlu lagi bergantung pada orang lain. Reflektif membantu dirinya memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan yang dimiliki sehingga ia akan selalu tampil sebagai guru yang ideal. Dengan nilai kolaborasi, pekerjaan guru penggerak, menjadi lebih mudah dan ringan karena semuanya dilakukan secara kolaboratif dengan semua pihak. Inovatif mendorong terciptanya pembaruan sehingga guru akan senantiasa melahirkan ide dan gagasan yang baru dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Segala tindakan dan kebijakan yang berpihak pada murid tentunya akan membuat murid senang dan termotivasi belajar sehingga akan mendorong terwujudnya profil pelajar Pancasila. Nilai-nilai tersebut diharapkan menjadi kebiasaan dalam berperilaku sehingga melekat menjadi karakter dari setiap guru penggerak. Nilai guru penggerak sangat mempengaruhi guru penggerak dalam memainkan perannya.
Adapun peran guru penggerak adalah sebagai berikut:
- Menjadi pemimpin pembelajaran melalui praktik pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran dengan pola belajar kelompok (berbasis tim) dan mengembangkan pembelajaran dalam upaya pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik. Pembelajaran berbasis multimedia dengan media audio visual. Pembelajaran secara jejaring, yakni menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet. Pembelajaran yang interaktif dengan melibatkan guru, peserta didik, masyarakat, lingkungan alam, dan sumber/ media lainnya.
- Menggerakkan komunitas praktisi seperti MGMP untuk berkontribusi aktif dalam mewujudkan merdeka belajar. Melalui MGMP bisa terjalin kerjasama secara kolaboratif antar guru mata pelajaran, guru bisa meningkatkan kompetensi melalui pelatihan dan workshop di MGMP, serta saling berbagi praktik yang baik terkait pembelajaran di kelas.
- Guru penggerak menjadi coach bagi guru lain, misalnya dengan membimbing guru lain dalam pengolahan nilai melalui excel, pembuatan kelas online, pembuatan media pembelajaran berbasis multimedia, dan sebagainya.
- Menjalin kerjasama dengan guru lain, kepala sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar dalam mencapai profil pelajar Pancasila.
- Membantu murid untuk mandiri dalam belajar, memunculkan motivasi untuk belajar, dan mendidik karakter murid di sekolah.
Nilai dan peran guru penggerak selaras
dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Nilai mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif, dan berpihak pada murid yang menjiwai guru penggerak dalam memainkan
perannya tentunya akan menghadirkan guru yang sesuai dengan filosofi Ki Hajar
Dewantara. Guru yang memahami bahwa jika mereka menanam padi, tidak akan
mungkin tumbuh jagung begitupun sebaliknya. Dengan kata lain, mereka akan
memahami bahwa pendidikan sangat dipengaruhi oleh perlakuan mereka terhadap
murid. Segala tindakan dan kebijakan guru penggerak akan senantiasa menghamba
pada anak. Mereka akan memperlakukan anak sesuai kodratnya, baik itu kodrat
alam maupun zamannya dan tentu saja kodrat anak adalah bermain. Dengan
demikian, seorang guru penggerak tentunya akan senantiasa mendidik anak agar
menjadi manusia yang baik lakunya, selaras budi dan pekertinya.
Dalam memainkan peran sebagai pendidik dan
guru penggerak, seorang guru penggerak tentunya memiliki impian atau harapan
yang ingin digapai di masa yang akan datang. Impian atau harapan itu hendaknya
diejawantahkan dalam sebuah visi yang menjadi panduan bagi seorang guru untuk
mencapai tujuan. Visi tersebut menjadi panduan bagi guru dalam menentukan
strategi pembelajaran. Selain itu, seorang guru juga bisa lebih memahami
pentingnya sebuah visi dan visi seperti apa yang dimilikinya. Visi seorang guru
hendaknya berpihak pada murid karena sasaran pekerjaannya adalah murid. Keberhasilan
seorang guru baru dapat terlihat setelah sang murid tumbuh menjadi orang dewasa
dan hidup di tengah masyarakat.
Visi juga membuat diri termotivasi untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah
sehingga terjadi upaya perbaikan dan perubahan yang berkesinambungan terutama
perubahan budaya sekolah. Perlu pelibatan semua warga sekolah karena budaya
sekolah terkait dengan sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang
dilakukan warga sekolah. Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan
proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini
dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jika diibaratkan seperti seorang
pelari yang memiliki tujuan mencapai garis “finish”, maka ia butuh peralatan
yang mendukung selama berlatih seperti alat olahraga. Salah satu pendekatan
atau paradigma yang bisa digunakan adalah pendekatan Inkuiri Apresiatif
(IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang
kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh
David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016).
Cooperrider menyatakan bahwa pendekatan IA
dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan
orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan
yang biasa. Manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan pada
masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut untuk
diperbaiki. Hal ini berbeda dengan IA yang berusaha fokus pada kekuatan yang
dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan
tertinggi.
IA menggunakan prinsip-prinsip utama
psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap
orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan.
Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam
implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang
telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak
pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Menurut Cooperrider, saat ini kita hidup
pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang
benar dan baik. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan
penghargaan. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang
dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut
dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara
berkelanjutan.
Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai
dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara
bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk
mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan
ketiadaan menjadi tidak relevan. Berpijak dari hal positif yang telah ada,
sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi
setiap warga sekolah.
Salah satu manajemen perubahan yang
menerapkan pendekatan IA adalah BAGJA. BAGJA merupakan singkatan dari Buat
Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana,
Atur Eksekusi. Ini merupakan implementasi dari Define, Discover,
Dream, Design, Deliver pada pendekatan IA.
Visi saya sebagai pendidik dan guru
penggerak adalah sebagai berikut:
Oleh karena itu, saya mesti memetakan kekuatan dan potensi positif yang dimiliki oleh sekolah dalam mendukung terwujudnya visi tersebut. Selanjutnya membuat rancangan tindakan perubahan berdasarkan tahapan B-A-G-J-A sebagai berikut:
PRAKARSA PERUBAHAN |
Strategi Pengenalan
Kekuatan dan Potensi Murid |
|
TAHAPAN |
Pertanyaan |
Daftar tindakan yang
perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan |
B-uat pertanyaan (Define) |
·
Hal baik
apa yang dapat ditemukan dari murid biasa dalam kegiatan belajar? ·
Apa yang
menarik dari respon, aktivitas, dan hasil belajar murid biasa? |
·
Mengamati
aktivitas murid biasa baik pada saat belajar di kelas maupun di luar kelas. ·
Memperhatikan
hasil belajar murid biasa. |
A-mbil pelajaran (Discover) |
·
Siapakah
murid biasa yang pernah berprestasi? ·
Bagaimana
cara dia mengatur waktu belajarnya? ·
Apa saja
yang dia lakukan agar bisa berprestasi? ·
Hal baik
apa yang telah aku lakukan selama ini yang mendukung usahanya untuk
berprestasi? ·
Kemampuan
apa yang saya miliki yang dapat membantunya berprestasi? |
·
Mencari
profil murid biasa yang pernah berprestasi ·
Mencari
tahu dan mencatat bagaimana dia mengatur waktu belajarnya dan kegiatannya. |
G-ali mimpi (Dream) |
·
Apakah
kebiasaan-kebiasaan baru yang saya lakukan tetap dilakukan setelah murid
berprestasi? ·
Bagaimana
perasaan saya jika berhasil menjadikan murid biasa berprestasi? ·
Apa saja
hal-hal baru yang bisa kulakukan setelah berhasil menjadikan murid biasa
berprestasi? ·
Hal-hal
apa yang mendukung murid biasa bisa berprestasi? |
·
Membuat
gambar diri dengan murid biasa yang berprestasi. ·
Memajangnya
di kamar dan mengingatnya selama saya melakukan usaha-usaha selanjutnya. |
J-abarkan rencana (Design) |
·
Berapa
lama target untuk menjadikan murid biasa berprestasi? ·
Apa
tindakan-tindakan yang bisa mendukung murid biasa berprestasi? ·
Bagaimana
mengukur kemajuan dan menentukan langkah selanjutnya ·
Bagaimana
cara agar murid biasa saling menyemangati untuk bisa berprestasi? ·
Apa
langkah paling sederhana/ langkah pertama yang bisa dilakukan? |
·
Membuat
capaian yang realistis untuk setiap minggunya ·
Membuat
catatan besar target yang akan dicapai per minggu dan memajangnya di kaca lemari ·
Membuat
time schedule ·
Memasang papan
pengumuman untuk mengingatkan program yang akan dilaksanakan. ·
Meminta
istri dan teman sejawat untuk mengingatkan program yang akan dilaksanakan. |
A-tur eksekusi (Deliver) |
·
Siapa saja
yang akan saya libatkan dalam mewujudkan rencana ini? Berperan sebagai apa saja? ·
Kapan
usaha menggali potensi murid biasa akan mulai dilakukan? ·
Siapa yang
bisa mengarahkan dan memantau kegiatan yang saya lakukan? ·
Bagaimana
pencatatan kemajuan dari kegiatan yang saya lakukan? ·
Siapa yang
akan menampung curhatan tentang kesulitan-kesulitan menggali potensi murid
biasa? |
·
Mengajak
guru lain yang memiliki keinginan yang sama ·
Aktif
mengikuti kegiatan MGMP ·
Lebih
sering berinteraksi dengan murid biasa ·
Menjalin
komunikasi dengan orang tua murid terkait kegiatan anak di rumah. |
0 comments:
Post a Comment