Kunjungi Channel YouTube kami di "Guru Itung" Channel

Halaman

Sunday, June 6, 2021

Catatan Akhir Pekan Guru Penggerak Part 6: Paradigma Perubahan Inkuiri Apresiatif

Oleh: Jamaluddin Tahuddin 

Pada pekan ke-6, materi kegiatan sudah memasuki modul 1.3 yakni visi guru Penggerak. Seperti modul-modul sebelumnya, modul ini juga diawali dengan kegiatan mulai dari diri. Kegiatan ini bertujuan agar CGP mampu merumuskan visi pribadi mengenai murid dan bagaimana sekolah yang berpihak pada murid di masa depan. Sesuai petunjuk pada modul, saya mencoba membayangkan tanggung jawab saya sebagai seorang guru, terlebih lagi peran sebagai guru Penggerak nantinya. Sebagai panduan, telah disiapkan beberapa pertanyaan pada modul yang ditujukan pada diri sendiri terkait visi sebagai guru Penggerak ke depan. Pertanyaan tersebut mengenai apa arti penting visi bagi saya sebagai seorang guru dan visi seperti apa yang saya miliki sebagai guru.

Selanjutnya saya membuat gambar yang bertemakan “Imajiku tentang Muridku di Masa Depan”. Gambar mengenai murid seperti apa yang saya dambakan. Selain digambarkan, impian itu juga disusun dalam bentuk kata-kata yang jelas sebagai sebuah visi. Sebagai panduan dalam menyusun kata-kata sebagai visi, diberikan kalimat rumpang yang harus dilengkapi sehingga tersusun menjadi sebuah paragraf utuh yang dapat menggambarkan visi tentang sekolah yang diimpikan. Sebuah sekolah yang mewujudkan keberpihakan pada murid.

Saya memimpikan murid-murid yang memiliki karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Sekolah saya percaya bahwa murid adalah prioritas utama dalam Pendidikan. Sehingga sekolah saya mengutamakan kepentingan murid dalam setiap pengambilan kebijakan. Murid di sekolah saya sadar betul bahwa pendidikan itu penting untuk masa depannya. Sementara itu, guru di sekolah saya juga yakin untuk melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid karena guru di sekolah saya paham bahwa pembelajaran di sekolah harus berpihak pada murid.

Dari paragraph di atas, saya mencoba merumuskan visi dalam bentuk kata-kata yang jelas. Visi ini terdiri dari 1 kalimat pendek, “Wujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila melalui guru dan sekolah yang berpihak pada murid”. Selanjutnya, foto hasil karya (gambar) yang telah dituliskan rumusan visi dalam format JPG diunggah melalui LMS.

Kegiatan selanjutnya adalah modul 1.3.a.4 yakni eksplorasi konsep terkait visi guru Penggerak. Kegiatan ini mendapat alokasi waktu selama 3,5 JP dengan modul sebanyak 9 halaman. Kegiatan di modul ini bertujuan agar CGP memahami pentingnya melakukan manajemen perubahan dengan pola pikir positif melalui pendekatan inkuiri apresiatif dan mampu menghubungkan visinya dengan pendekatan inkuiri apresiatif dalam membantu pertumbuhan murid di masa depan.

Adapun rangkaian kegiatan pada modul 1.3.a.4 diawali dengan pengantar. Pada halaman pengantar, kita diberikan penjelasan terkait kegiatan yang akan dilakukan selama 3,5 JP ke depan melalui modul 1.3.a.4. Selanjutnya mengeksplorasi konsep mengelola Perubahan yang positif yang terdiri dari 6 halaman. Setelah mengeksplorasi konsep bagaimana mengelola perubahan yang positif, saya memahami bahwa dalam memainkan peran sebagai pendidik dan guru penggerak, seorang guru penggerak tentunya memiliki impian atau harapan yang ingin digapai di masa yang akan datang. impian atau harapan itu hendaknya diejawantahkan dalam sebuah visi yang menjadi panduan bagi seorang guru untuk mencapai tujuan. Visi tersebut menjadi panduan bagi guru dalam menentukan strategi pembelajaran. Selain itu, seorang guru juga bisa lebih memahami pentingnya sebuah visi dan visi seperti apa yang dimilikinya. Visi seorang guru hendaknya berpihak pada murid karena sasaran pekerjaannya adalah murid. Keberhasilan seorang guru baru dapat terlihat setelah sang murid tumbuh menjadi orang dewasa dan hidup di tengah masyarakat.

Visi juga membuat diri termotivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga terjadi upaya perbaikan dan perubahan yang berkesinambungan terutama perubahan budaya sekolah. Perlu pelibatan semua warga sekolah karena budaya sekolah terkait dengan sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jika diibaratkan seperti seorang pelari yang memiliki tujuan mencapai garis “finish”, maka ia butuh peralatan yang mendukung selama berlatih seperti alat olahraga. Salah satu pendekatan atau paradigma yang bisa digunakan adalah pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble & McGrath, 2016).

Cooperrider menyatakan bahwa pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa. Manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan pada masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut untuk diperbaiki. Hal ini berbeda dengan IA yang berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi.

IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.

Menurut Cooperrider, saat ini kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang benar dan baik. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan penghargaan. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan.

Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan ketiadaan menjadi tidak relevan. Berpijak dari hal positif yang telah ada, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi setiap warga sekolah.

Salah satu manajemen perubahan yang menerapkan pendekatan IA adalah BAGJA. BAGJA merupakan singkatan dari Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi. Ini merupakan implementasi dari Define, Discover, Dream, Design, Deliver pada pendekatan IA.

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan refleksi terhadap pengalaman pribadi terkait sesuatu yang pernah diimpikan dan berusaha mewujudkannya dengan segala kekuatan dan potensi yang dimiliki. Pengalaman pribadi yang masih teringat sampai sekarang adalah saat saya duduk di kelas 3 SMP. Kala itu ada kekuatiran tidak lulus Ujian Nasional dengan pemakaian Lembar Jawaban Komputer (LJK). Sehingga saya membulatkan tekad untuk giat belajar sambil berdoa agar bisa lulus UN. Kemanapun aku pergi, buku persiapan UN selalu ada bersamaku dan menjadi bahan bacaan di setiap ada kesempatan. Hingga akhirnya saya berhasil, tidak hanya lulus UN tapi juga berhasil meraih posisi kedua peraih nilai NEM tertinggi di sekolah. Kekuatan yang saya miliki saat itu adalah keinginan yang kuat dan tekad yang bulat. Sementara strategi yang saya gunakan adalah dengan membawa serta buku kemanapun aku pergi untuk dipelajari di setiap ada kesempatan.

Setelah itu, pada modul 1.3.a.4.1 masih terkait eksplorasi konsep. Tapi kali ini kita diminta berbagi visi murid impian dengan mengunggah visi hasil kegiatan mulai dari diri pada forum diskusi. Setiap CGP dipersilahkan memberikan saran dan masukan terhadap visi CGP yang lain.

Adapun visi terkait murid impian saya adalah seperti pada gambar berikut:

Setelah mendiskusikan visi pada forum diskusi, selanjutnya menyimak bacaan Inkuiri Apresiatif dan video mengenai BAGJA kemudian membuat kesimpulan dari bacaan dan video tersebut. Kesimpulan tersebut harus memuat informasi utama yang terkandung dalam bacaan dan video yang disajikan sekaligus menginventarisir informasi yang dapat membantu dalam peran sebagai guru Penggerak nantinya. Hasilnya kemudian dibagikan melalui forum diskusi kepada rekan CGP yang lain. Forum ini dimaksudkan agar peserta mendapatkan kesempatan untuk mendiskusikan gagasan, pemikiran dan pertanyaan-pertanyaan bersama Fasilitator.

Adapun kesimpulan yang bisa saya ambil setelah menyimak bacaan Inkuiri Apresiatif dan video mengenai BAGJA adalah dalam melakukan perubahan hendaknya kita mengubah paradigma dari memetakan kesalahan menjadi memetakan kekuatan melalui manajemen Inkuiri Apresiatif (Define, Discover, Dream, Design, Deliver) yang diadopsi ke dalam manajemen BAGJA. BAGJA dalam bahasa Sunda berarti bahagia, tapi lebih dari itu BAGJA merupakan singkatan dari Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi.

Jadi, sebagai guru penggerak nantinya dalam melakukan perubahan positif hendaknya memetakan terlebih dahulu kekuatan atau potensi positif yang bisa mendukung terwujudnya visi guru penggerak kemudian membuat rencana pengembangan dan implementasinya.

Selanjutnya pada modul 1.3.a.5. Ruang Kolaborasi – Visi Guru Penggerak, setiap CGP mengidentifikasi kekuatan dari dalam diri dan luar diri yang dapat mendukung terwujudnya visi pribadi untuk menumbuhkan murid di masa depan. Pada kegiatan ini, CGP membuat pemetaan kekuatan untuk mengetahui siapa yang dapat ikut berperan mendukung terwujudnya visi yang sudah dibuat, dan bentuk dukungan seperti apa yang bisa dimanfaatkan. Adapun hasil pemetaan tersebut adalah seperti pada gambar berikut:

 



Hasil pemetaan dari setiap CGP, kemudian didiskusikan secara langsung pada pembelajaran sinkronus dalam kelompok kolaborasi. Setiap kelompok secara bersama-sama membuat pemetaan kekuatan. Pemetaan ini dibuat dalam bentuk kategorisasi atau pengelompokan aset yang dimiliki sekolah masing-masing. Aset ini dapat berupa tempat, benda, orang, komunitas, lembaga atau yang lainnya. Di dalam format tersebut, kategori pertama yang perlu dicantumkan adalah diri sendiri dan murid sebagai aset pertama dan utama. Bersama anggota kelompok yang lain, kami menginventarisir kekuatan apa saja yang dimiliki setiap kelompok aset (kategori) secara spesifik. Setelah pengelompokan (kategorisasi) tersebut dilakukan, kemudian menjabarkan peran dan manfaat penting apa yang dimiliki sebagai sumber kekuatan. Diskusi ini dilakukan melalui LMS dengan panduan dari fasilitator.

Setelah format dipresentasikan dan disepakati, setiap anggota kelompok kemudian melanjutkan mengisi format tersebut dengan menyebutkan secara spesifik nama orang, benda, tempat, komunitas, lembaga, dan lainnya yang dapat diandalkan sebagai aset di sekolah. Setiap CGP menuliskan juga secara spesifik kekuatan apa yang dimiliki oleh masing-masing aset tersebut. Yang pertama kali dirincikan adalah kekuatan yang dimiliki oleh CGP dan muridnya sebagai aset utama dalam mencapai visi yang telah dibuat. Kemudian setiap CGP mengunggahnya dalam bentuk JPG ke dalam LMS dan melihat pekerjaan rekan CGP lain. Setiap CGP wajib memberikan komentar atau saran secara terstruktur kepada minimal 3 pekerjaan CGP dari kelompok lain. CGP tidak dapat lanjut ke tahap berikutnya sebelum memberikan komentar tertulis di LMS melalui Gallery Walk.

Dari seluruh rangkaian kegiatan, mulai dari diri kemudian melakukan eksplorasi pemahaman mengenai visi guru Penggerak hingga melakukan kolaborasi dengan CGP yang lain membuat saya bisa memahami bahwa visi sangat penting dalam melakukan sebuah perubahan. Dengan adanya visi, maka kita bisa merancang langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencapai visi. Tidak hanya itu, dari hasil kolaborasi dengan CGP lain saya bisa mengetahui bahwa ada kekurangan yang saya atau sekolah miliki tapi malah justru menjadi kekuatan bagi CGP atau sekolah yang lain, begitupun sebaliknya.

Oleh karena itu, dengan berbekal kekuatan dan potensi positif yang dimiliki, saya akan menerapkan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) melalui model BAGJA dalam mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila. Tentunya dengan melibatkan seluruh warga sekolah karena mustahil mewujudkan visi ini jika tidak didukung oleh warga sekolah.

 

 

 

 

Share:

0 comments:

Post a Comment

Komentar Terbaru

Translate

Followers

Guru Itung. Powered by Blogger.

Contact Form

Name

Email *

Message *