Oleh: Jamaluddin Tahuddin
Pada pekan ke-6, materi kegiatan sudah
memasuki modul 1.3 yakni visi guru Penggerak. Seperti modul-modul sebelumnya,
modul ini juga diawali dengan kegiatan mulai dari diri. Kegiatan ini bertujuan
agar CGP mampu merumuskan visi pribadi mengenai murid dan bagaimana
sekolah yang berpihak pada murid di masa depan. Sesuai petunjuk pada modul, saya
mencoba membayangkan tanggung jawab saya sebagai seorang guru, terlebih lagi peran
sebagai guru Penggerak nantinya. Sebagai panduan, telah disiapkan beberapa
pertanyaan pada modul yang ditujukan pada diri sendiri terkait visi sebagai
guru Penggerak ke depan. Pertanyaan tersebut mengenai apa arti penting visi
bagi saya sebagai seorang guru dan visi seperti apa yang saya miliki sebagai
guru.
Selanjutnya saya membuat gambar yang
bertemakan “Imajiku tentang Muridku di Masa Depan”. Gambar mengenai
murid seperti apa yang saya dambakan. Selain digambarkan, impian itu juga
disusun dalam bentuk kata-kata yang jelas sebagai sebuah visi. Sebagai panduan dalam menyusun kata-kata
sebagai visi, diberikan kalimat rumpang yang harus dilengkapi
sehingga tersusun menjadi sebuah paragraf utuh yang dapat menggambarkan visi tentang sekolah
yang diimpikan. Sebuah sekolah yang mewujudkan keberpihakan pada murid.
Saya memimpikan
murid-murid yang memiliki karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Sekolah saya percaya bahwa murid adalah
prioritas utama dalam Pendidikan. Sehingga sekolah saya mengutamakan
kepentingan murid dalam setiap pengambilan kebijakan. Murid di sekolah saya
sadar betul bahwa pendidikan itu penting untuk masa depannya. Sementara itu, guru
di sekolah saya juga yakin untuk melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada
murid karena guru di sekolah saya paham bahwa pembelajaran di sekolah harus
berpihak pada murid.
Dari paragraph di atas, saya mencoba
merumuskan visi dalam bentuk kata-kata yang jelas. Visi ini terdiri dari 1
kalimat pendek, “Wujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila melalui
guru dan sekolah yang berpihak pada murid”. Selanjutnya, foto hasil karya
(gambar) yang telah dituliskan rumusan visi dalam format JPG diunggah melalui
LMS.
Kegiatan selanjutnya adalah modul 1.3.a.4 yakni
eksplorasi konsep terkait visi guru Penggerak. Kegiatan ini mendapat alokasi waktu
selama 3,5 JP dengan modul sebanyak 9 halaman. Kegiatan di modul ini bertujuan
agar CGP memahami pentingnya melakukan manajemen perubahan dengan pola pikir
positif melalui pendekatan inkuiri apresiatif dan mampu menghubungkan visinya
dengan pendekatan inkuiri apresiatif dalam membantu pertumbuhan murid di masa
depan.
Adapun rangkaian kegiatan pada modul 1.3.a.4
diawali dengan pengantar. Pada halaman pengantar, kita diberikan penjelasan
terkait kegiatan yang akan dilakukan selama 3,5 JP ke depan melalui modul
1.3.a.4. Selanjutnya mengeksplorasi konsep mengelola Perubahan yang positif
yang terdiri dari 6 halaman. Setelah mengeksplorasi konsep bagaimana mengelola
perubahan yang positif, saya memahami bahwa dalam memainkan peran sebagai
pendidik dan guru penggerak, seorang guru penggerak tentunya memiliki impian
atau harapan yang ingin digapai di masa yang akan datang. impian atau harapan
itu hendaknya diejawantahkan dalam sebuah visi yang menjadi panduan bagi
seorang guru untuk mencapai tujuan. Visi tersebut menjadi panduan bagi guru
dalam menentukan strategi pembelajaran. Selain itu, seorang guru juga bisa
lebih memahami pentingnya sebuah visi dan visi seperti apa yang dimilikinya.
Visi seorang guru hendaknya berpihak pada murid karena sasaran pekerjaannya
adalah murid. Keberhasilan seorang guru baru dapat terlihat setelah sang murid
tumbuh menjadi orang dewasa dan hidup di tengah masyarakat.
Visi juga membuat diri termotivasi untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran serta menguatkan kolaborasi di lingkungan
sekolah sehingga terjadi upaya perbaikan dan perubahan yang berkesinambungan
terutama perubahan budaya sekolah. Perlu pelibatan semua warga sekolah karena
budaya sekolah terkait dengan sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang
dilakukan warga sekolah. Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan
proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini
dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jika diibaratkan seperti seorang
pelari yang memiliki tujuan mencapai garis “finish”, maka ia butuh peralatan
yang mendukung selama berlatih seperti alat olahraga. Salah satu pendekatan
atau paradigma yang bisa digunakan adalah pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA).
IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis
kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Noble
& McGrath, 2016).
Cooperrider menyatakan bahwa pendekatan IA
dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan
orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan
yang biasa. Manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan pada
masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut untuk
diperbaiki. Hal ini berbeda dengan IA yang berusaha fokus pada kekuatan yang
dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan
tertinggi.
IA menggunakan prinsip-prinsip utama
psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap
orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan.
Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam
implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang
telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak
pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Menurut Cooperrider, saat ini kita hidup
pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang
benar dan baik. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan
penghargaan. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang
dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut
dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara
berkelanjutan.
Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai
dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara
bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk
mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan
ketiadaan menjadi tidak relevan. Berpijak dari hal positif yang telah ada,
sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi
setiap warga sekolah.
Salah satu manajemen perubahan yang menerapkan
pendekatan IA adalah BAGJA. BAGJA merupakan singkatan dari Buat
Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana,
Atur Eksekusi. Ini merupakan implementasi dari Define, Discover,
Dream, Design, Deliver pada pendekatan IA.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan
refleksi terhadap pengalaman pribadi terkait sesuatu yang pernah diimpikan dan
berusaha mewujudkannya dengan segala kekuatan dan potensi yang dimiliki. Pengalaman
pribadi yang masih teringat sampai sekarang adalah saat saya duduk di kelas 3
SMP. Kala itu ada kekuatiran tidak lulus Ujian Nasional dengan pemakaian Lembar
Jawaban Komputer (LJK). Sehingga saya membulatkan tekad untuk giat belajar
sambil berdoa agar bisa lulus UN. Kemanapun aku pergi, buku persiapan UN selalu
ada bersamaku dan menjadi bahan bacaan di setiap ada kesempatan. Hingga
akhirnya saya berhasil, tidak hanya lulus UN tapi juga berhasil meraih posisi
kedua peraih nilai NEM tertinggi di sekolah. Kekuatan yang saya miliki saat itu
adalah keinginan yang kuat dan tekad yang bulat. Sementara strategi yang saya
gunakan adalah dengan membawa serta buku kemanapun aku pergi untuk dipelajari
di setiap ada kesempatan.
Setelah itu, pada modul 1.3.a.4.1 masih
terkait eksplorasi konsep. Tapi kali ini kita diminta berbagi visi murid impian
dengan mengunggah visi hasil kegiatan mulai dari diri pada forum diskusi. Setiap
CGP dipersilahkan memberikan saran dan masukan terhadap visi CGP yang lain.
Adapun visi terkait
murid impian saya adalah seperti pada gambar berikut:
Setelah
mendiskusikan visi pada forum diskusi, selanjutnya menyimak bacaan Inkuiri
Apresiatif dan video mengenai BAGJA kemudian membuat kesimpulan dari bacaan dan
video tersebut. Kesimpulan tersebut harus memuat informasi utama yang terkandung
dalam bacaan dan video yang disajikan sekaligus menginventarisir informasi yang
dapat membantu dalam peran sebagai guru Penggerak nantinya. Hasilnya kemudian
dibagikan melalui forum diskusi kepada rekan CGP yang lain. Forum ini
dimaksudkan agar peserta mendapatkan kesempatan untuk mendiskusikan gagasan,
pemikiran dan pertanyaan-pertanyaan bersama Fasilitator.
Adapun
kesimpulan yang bisa saya ambil setelah menyimak bacaan Inkuiri Apresiatif dan
video mengenai BAGJA adalah dalam melakukan perubahan hendaknya kita mengubah
paradigma dari memetakan kesalahan menjadi memetakan kekuatan melalui manajemen
Inkuiri Apresiatif (Define, Discover, Dream, Design, Deliver) yang diadopsi ke
dalam manajemen BAGJA. BAGJA dalam bahasa Sunda berarti bahagia, tapi lebih
dari itu BAGJA merupakan singkatan dari Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali
mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi.
Jadi,
sebagai guru penggerak nantinya dalam melakukan perubahan positif hendaknya
memetakan terlebih dahulu kekuatan atau potensi positif yang bisa mendukung
terwujudnya visi guru penggerak kemudian membuat rencana pengembangan dan
implementasinya.
Hasil pemetaan
dari setiap CGP, kemudian didiskusikan secara
langsung pada pembelajaran sinkronus dalam kelompok kolaborasi. Setiap kelompok
secara bersama-sama membuat pemetaan kekuatan. Pemetaan ini dibuat dalam bentuk
kategorisasi atau pengelompokan aset yang dimiliki sekolah masing-masing. Aset
ini dapat berupa tempat, benda, orang, komunitas, lembaga atau yang lainnya. Di
dalam format tersebut, kategori pertama yang perlu dicantumkan adalah diri sendiri
dan murid sebagai aset pertama dan utama. Bersama anggota kelompok yang lain, kami
menginventarisir kekuatan apa saja yang dimiliki setiap kelompok aset
(kategori) secara spesifik. Setelah pengelompokan (kategorisasi) tersebut
dilakukan, kemudian menjabarkan peran dan manfaat penting apa yang dimiliki
sebagai sumber kekuatan. Diskusi ini dilakukan melalui LMS dengan panduan dari
fasilitator.
Setelah
format dipresentasikan dan disepakati, setiap anggota kelompok kemudian
melanjutkan mengisi format tersebut dengan menyebutkan secara spesifik nama
orang, benda, tempat, komunitas, lembaga, dan lainnya yang dapat diandalkan
sebagai aset di sekolah. Setiap CGP menuliskan juga secara spesifik kekuatan
apa yang dimiliki oleh masing-masing aset tersebut. Yang pertama kali dirincikan
adalah kekuatan yang dimiliki oleh CGP dan muridnya sebagai aset utama dalam
mencapai visi yang telah dibuat. Kemudian setiap CGP mengunggahnya dalam bentuk
JPG ke dalam LMS dan melihat pekerjaan rekan CGP lain. Setiap CGP wajib
memberikan komentar atau saran secara terstruktur kepada minimal 3 pekerjaan
CGP dari kelompok lain. CGP tidak dapat lanjut ke tahap berikutnya sebelum
memberikan komentar tertulis di LMS melalui Gallery Walk.
Dari seluruh rangkaian
kegiatan, mulai dari diri kemudian melakukan eksplorasi pemahaman mengenai visi
guru Penggerak hingga melakukan kolaborasi dengan CGP yang lain membuat saya
bisa memahami bahwa visi sangat penting dalam melakukan sebuah perubahan.
Dengan adanya visi, maka kita bisa merancang langkah-langkah yang akan ditempuh
untuk mencapai visi. Tidak hanya itu, dari hasil kolaborasi dengan CGP lain
saya bisa mengetahui bahwa ada kekurangan yang saya atau sekolah miliki tapi
malah justru menjadi kekuatan bagi CGP atau sekolah yang lain, begitupun
sebaliknya.
Oleh karena itu, dengan berbekal kekuatan dan potensi positif yang dimiliki, saya akan menerapkan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) melalui model BAGJA dalam mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila. Tentunya dengan melibatkan seluruh warga sekolah karena mustahil mewujudkan visi ini jika tidak didukung oleh warga sekolah.
0 comments:
Post a Comment