Kunjungi Channel YouTube kami di "Guru Itung" Channel

Halaman

Saturday, July 17, 2021

Catatan Akhir Pekan Guru Penggerak Part 10: Rencana Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh: Jamaluddin Tahuddin

Menurut Tomlinson (2001), pada pembelajaran yang baik murid akan melakukan aktivitas atau membuat sesuatu dengan  menggunakan keterampilan penting dan informasi penting untuk  memahami  ide/ prinsip penting  atau menjawab  pertanyaan penting. Sedangkan pada pembelajaran  berdiferensiasi yang baik, murid akan melakukan aktivitas atau membuat sesuatu dalam  berbagai  moda dan pada berbagai tingkat kerumitan, serta dalam  berbagai  rentang waktu; dengan jumlah  dukungan dari guru atau teman sebaya yang bervariasi (scaffolding); serta menggunakan keterampilan penting dan informasi penting untuk memahami ide/ prinsip penting  atau menjawab  pertanyaan penting.

Pada modul ini, saya juga ditugaskan membuat rencana pembelajaran untuk salah satu mata pelajaran atau sesi pembelajaran dalam konteks pembelajaran daring (online learning). Rencana pembelajaran tersebut dibuat dengan menganalisis kebutuhan belajar murid terlebih dahulu. Kemudian mengidentifikasi minimal satu strategi diferensiasi konten, proses atau produk dengan memperhatikan rubrik penilaian rencana pembelajaran. Setelah itu, kita diminta untuk memposting RPP tersebut di forum diskusi. Disarankan pula menggunakan rubrik penilaian rencana pembelajaran dalam memberikan umpan balik terhadap RPP yang dibuat oleh rekan yang lain.

Berdasarkan rubrik penilaian yang digunakan, rencana pembelajaran yang telah dibuat rekan-rekan calon guru Penggerak sudah mendiferensiasi kebutuhan murid. Ada yang mendiferensiasi berdasarkan kesiapan belajar murid, ada juga yang berdasarkan minat belajarnya, tapi ada juga yang mendiferensiasi berdasarkan profil belajar murid.

Selanjutnya adalah tahap kegiatan elaborasi pemahaman bersama instruktur Aquila Carol Adimurti. Namun sebelumnya, kita diarahkan untuk membaca artikel 7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil terlebih dahulu. Artikel ini merupakan terjemahan bebas dari artikel yang dipublikasikan melalui website https://inservice.ascd.org/7-reasons-why-differentiated-instruction-works/). Artikel ini membahas tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Diferentiated Instruction/ DI). Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif. Dimana dalam kelas, guru akan berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk "mencapai" dan mengekspresikan pembelajaran. Guru mungkin masih perlu menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa murid, tetapi karena guru tahu beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan memilih opsi pembelajaran yang sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman belajar yang mereka rancang akan cocok untuk sebagian besar murid. Diferensiasi yang efektif biasanya dirancang agar cukup kuat untuk melibatkan dan menantang beragam murid di kelas.  

Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif. Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku, sementara murid yang kemampuannya lebih rendah hanya satu laporan saja. Atau seorang murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika hanya diharuskan menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan, sementara murid yang lebih tinggi kemampuan diminta menyelesaikan tugas hitungan dan ditambah dengan soal-soal cerita. Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal, namun yang seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu buku bisa saja tetap akan dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang memang kesulitan.  Seorang murid yang telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika akan siap untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas.  

Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian. Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi kelas, pekerjaan murid, observasi, dan penilaian formal sebagai cara untuk terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil untuk setiap muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk menyusun dan merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid memaksimalkan potensi dan bakatnya.  Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi didominasi sesuatu yang terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa yang mendapatkannya." Pra-penilaian diagnostik secara rutin akan dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, akan mengambil berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya selama unit tersebut berlangsung.  

Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk. Di semua ruang kelas, guru berurusan dengan setidaknya tiga elemen kurikuler: (1) konten — masukan, apa yang dipelajari murid; (2) proses — bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi; dan (3) produk — keluaran, atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari.  

Pada kegiatan elaborasi pemahaman bersama instruktur, diperoleh bahwa setiap murid belajar dengan gaya, arah, dan kecepatannya masing-masing. Falsafah  pendidikan  KHD, belajar sesuai  kodrat  murid,  anak  per anak tidak  sama. Pendidikan sejatinya  tidaklah  seragam dan tidak  untuk menyeragamkan, namun  untuk merawat  dan merayakan keberagaman. Belajar pada  hakikatnya  bersifat  pribadi. Setiap  anak belajar dengan  gaya dan temponya masing-masing. Sekolah kini hadir bukan lagi  untuk memproduksi keseragaman dan memproduksi secara massal. Secara singkat langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi adalah dengan menentukan tujuan belajar terlebih dahulu, kemudian mengenali keragaman kebutuhan di kelas, lalu merancang strategi/ alat penilaian, dan terakhir merancang kegiatan pembelajaran.

RPP ada untuk membantu guru  mewadahl proses belajar dengan efektif,  bukan  prasyarat mengajar atau adminlstrasl penyerta. RPP terbangun dari 3 hal: tujuan belajar (mengapa pembelajaran dilakukan),  asesmen belajar  (bagaimana  mengukur ketercapaian tujuan), dan kegiatan belajar (apa saja  yang dilakukan untuk mencapai tujuan).  Ketiganya dikemas dalam bentuk yang nyaman dan  efektif. RPP adalah karya kreatif  dan dinamis buatan maslng-masing  guru, bukan lembar tata  laksana  yang seragam dan tak boleh berubah. 

Dari modul ini saya mendapatkan pelajaran bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi solusi terhadap permasalahan kemampuan murid yang variatif dalam menerima pelajaran di kelas. Hal ini disebabkan karena murid berbeda dalam hal kesiapan, minat, dan profil belajar. Dalam hal kesiapan belajar, murid tentu memiliki pengetahuan awal yang berbeda sebelum siap menerima pelajaran atau informasi yang baru. Apalagi dalam hal minat, tentunya minat murid berbeda-beda. Ada yang berminat dalam pelajaran olahraga, seni, matematika, IPA, dan lain sebagainya. Sekalipun tak dapat dipungkiri bahwa ada juga murid yang memang meminati hampir seluruh mata pelajaran. Akan tetapi, kemampuan murid dalam menerima pelajaran juga sangat dipengaruhi oleh gaya belajar mereka. Di antara murid tentu ada yang gaya belajarnya visual, auditori, dan ada yang kinestetik.

Strategi pembelajaran berdiferensiasi terdiri dari diferensiasi konten, proses, dan produk. Diferensiasi konten terkait penyesuaian materi dan bahan ajar berdasarkan kebutuhan belajar murid. Diferensiasi proses terkait penyesuaian layanan dalam membantu murid memahami materi dan bahan ajar yang diberikan. Diferensiasi produk terkait penyesuaian produk yang dihasilkan sebagai wujud pemahaman murid terhadap materi dan bahan ajar yang diberikan. Sekalipun demikian, pembelajaran berdiferensiasi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi adalah lingkungan belajar yang didasari oleh konsep komunitas belajar dimana semua anggotanya adalah pembelajar.

Pembelajaran yang berdiferensiasi tidak hanya membutuhkan penyesuaian terhadap konten saja, melainkan harus juga ada penyesuaian proses dan produk terhadap kebutuhan belajar murid. Akan tetapi, diferensiasi konten yang didasarkan pada aspek kesiapan belajar murid akan menjadi sulit diimplementasikan secara maksimal. Hal ini disebabkan karena terkadang masih banyak murid yang belum tuntas pada materi sebelumnya dan merupakan materi prasyarat. Sementara materi ajar telah tersusun rapi dalam KI/KD yang tercantum dalam kurikulum. Kalaupun dilakukan penyesuaian materi dengan kesiapan belajar murid, tentunya tetap mengikuti materi dasar yang sudah tercantum dalam kurikulum. Namun demikian, guru tetap harus melakukan pembelajaran yang disesuaikan dengan kesiapan belajar murid sekalipun dengan melakukannya di luar jam pelajaran di kelas ataupun melalui pendampingan individual.

Sekiranya saya menghadapi sebuah situasi, dimana kebutuhan belajar siswa tidak dapat diakomodasi oleh pembelajaran berdiferensiasi maka saya akan melakukan modifikasi terhadap pembelajaran yang saya lakukan sekalipun tidak sesuai dengan sistem yang ada. Karena pembelajaran harus berpihak pada murid, bukan berpihak pada sistem yang berlaku. Dalam hal pembelajaran, kebutuhan murid menjadi prioritas paling utama.


Share:

0 comments:

Post a Comment

Komentar Terbaru

Translate

Followers

Guru Itung. Powered by Blogger.

Contact Form

Name

Email *

Message *