Oleh: Jamaluddin Tahuddin
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk
- memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi
- menetapkan dan mencapai tujuan positif
- merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
- membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta
- membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup:
- Kegiatan rutin: kegiatan yang dilakukan di luar waktu belajar akademik. Misalnya, kegiatan membaca bersama, ekskul, perayaan hari besar, acara sekolah, apel pagi, kerja bakti, senam pagi bersama, seminar/pelatihan
- Terintegrasi dalam pembelajaran: sebagai strategi pembelajaran atau diintegrasikan dalam kurikulum. Misalnya, melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dll.
- Protokol: budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, menjaga ketenangan di ruang perpustakan, berdoa di mushola sekolah dengan khidmat, dll.
Pembelajaran Sosial dan Emosional pada hakikatnya adalah pembelajaran yang mengkondisikan murid pada situasi dimana mereka mampu memahami, menghayati, dan mengelola emosi mereka sehingga mereka bisa memecahkan masalah yang dihadapi serta menumbuhkan sikap sosial pada diri murid sehingga mereka bisa merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain.
Penting bagi seorang guru untuk memahami dan menerapkan pembelajaran sosial dan emosional karena pembelajaran sosial dan emosional sangat dibutuhkan oleh murid untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya. Selain itu pembelajaran sosial dan emosional juga dapat mengajarkan mereka menjadi orang yang baik, memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses.
Kompetensi sosial dan emosional mencakup: kesadaran diri, pengelolaan diri, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, keterampilan relasi, dan kesadaran sosial. Adapun hal-hal yang sudah saya ketahui sebelumnya tentang 5 kompetensi sosial dan emosional adalah bahwa pembelajaran sosial dan emosional berupaya mengkondisikan murid agar mereka mampu memahami, menghayati, dan mengelola emosi mereka sehingga mereka bisa memecahkan masalah yang dihadapi serta menumbuhkan sikap sosial pada diri murid sehingga mereka bisa merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain. Hal baru yang diperoleh dari video yang ditayangkan di awal kegiatan eksplorasi konsep adalah bahwa bagaimana membuat murid memiliki kesadaran diri dan kesadaran sosial, serta mampu mengambil keputusan yang baik dan bertanggung jawab merupakan hal yang sangat penting dan utama sebelum membahas mengenai konteks akademis dan keterampilan yang kita butuhkan dalam kehidupan. Sementara hal-hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut adalah bagaimana cara membelajarkan sosial dan emosional bagi murid di kelas.
Mindfulness terbuka untuk semua orang tanpa terkecuali. Terlebih dengan adanya fakta bahwa kita hidup di lingkungan yang sangat sesak, dimana segala sesuatunya bergerak lebih cepat daripada kecepatan kita mencerna informasi. Mindfulness menyediakan cara bagi setiap orang untuk menikmati setiap momen dan memberikan rasa ketenangan, terlepas dari kenyataan bahwa kita hidup di lingkungan yang begitu padat. Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness).
Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity), dan kebaikan (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan.
Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh. Misalnya, seorang anak yang terlihat asyik bermain peran dengan menggunakan boneka tanpa terganggu oleh suara sekitarnya, murid yang sedang memainkan musik, menikmati alur cerita dalam bacaan, menikmati segelas teh hangat, atau menikmati pemandangan matahari terbenam, atau guru yang sedang mendengarkan murid dengan penuh perhatian. Intinya adalah adanya perhatian yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan.
Salah satu fungsi latihan berkesadaran penuh adalah menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif.
Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melakukan berbagai kegiatan literasi, mencintai alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya.
Dalam kondisi berkesadaran penuh, terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stress, dan munculnya perasaan tenang dan stabil. Latihan berkesadaran penuh dapat menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif. 90 % otak kita bekerja dalam keadaan tdk sadar. Lobus frontal adalah bahian depan otak yg memproses emosi, membantu manusia merespon meski kewalahan, meresap emosi orang lain yg menimbulkan empati dan insight. Frontal lobe ini akan berkembang dengan melakukan mindfulness. Sedangkan bagian otak amigdala bekerja dominan jika kita merasa kuatir, stres atau putus asa. Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) sangat bermanfaat terutama bagi guru dalam menghadapi suatu situasi sosial yang menantang dalam menjalankan peran sebagai pendidik. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melakukan berbagai kegiatan literasi, mencintai alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, murid dapat merasa lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan reflektif. Intinya mindfulness dapat membantu murid dalam proses pembelajaran.
Kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui berbagai kegiatan. Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk memberikan perhatian yang berkualitas pada apa yang kita lakukan. Kegiatan-kegiatan seperti latihan menyadari nafas (mindful breathing); latihan bergerak sadar (mindful movement), yaitu bergerak yang disertai kesadaran tentang intensi dan tujuan gerakan; latihan berjalan sadar (mindful walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat berjalan, dan berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera (sharpening the senses) dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di ujung jari, dan sensori peraba kita. Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas dengan sadar, bergerak dengan sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari seluruh tubuh dengan sadar dapat diawali dengan cara yang paling sederhana yaitu dengan menyadari nafas.
Mengapa penting untuk menyadari nafas? Karena napas adalah jangkar yang dimiliki setiap orang untuk berada di sini dan masa sekarang (here and now). Pikiran kita merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit dikendalikan. Seorang ilmuwan dan filsuf bernama Deepak Chopra dalam website pribadinya menyebutkan bahwa manusia memiliki 60.000-80.000 pikiran dalam sehari. Bayangkan betapa sibuknya pikiran kita. Karena sangat cair, pikiran dapat bergerak ke masa depan dan menimbulkan perasaan kuatir. Pikiran juga dapat bergerak ke masa lalu yang seringkali menimbulkan perasaan menyesal. Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika ia fokus situasi saat ini dan masa sekarang, Cara termudah untuk membuat pikiran dan perasaan Anda berada pada saat ini dan masa sekarang adalah dengan menyadari nafas.
Setelah menonton video latihan pernapasan STOP, langkah-langkah yang dapat dilakukan dengan mudah untuk berada dalam kondisi kesadaran penuh (mindfulness). Teknik sederhana ini disebut Teknik STOP. STOP merupakan akronim dari:
- Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan.
- Take a deep Breath/ Tarik nafas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar.
- Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan.
- Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.
Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam sehari-hari memungkinkan seseorang membangun kesadaran penuh untuk dapat memberikan perhatian secara sadar bertujuan yang didasarkan keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu dan kebaikan yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan sulit. Secara saintifik, latihan mindfulness yang konsisten akan memperkuat hubungan sel-sel saraf (neuron) otak yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi, dan kesadaran. Seseorang yang memiliki kesadaran diri cenderung akan lebih menghargai perbedaan dan memiliki rasa empati terhadap orang lain sehingga ia akan lebih memahami diri dan orang lain. Dengan demikian ia akan mampu menghadapi tantangan dan perspektif yang berbeda-beda dari orang lain yang lebih dikenal dengan sebutan resiliensi. Ia juga akan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab hingga akhirnya ia akan memperoleh kesejahteraan hidup yang membawanya pada kebahagiaan.
Diberikan 5 kasus terkait situasi sosial yang membutuhkan penerapan berbagai kompetensi sosial-emosional. Dalam kasus 1, bisa jadi Ibu Adriana marah karena merasa tidak dihargai saat salah satu murid tidak melakukan instruksinya. Tapi dalam kasus yang lain, bisa juga sebetulnya yang dirasakan Ibu Adriana adalah perasaan kewalahan. Yang jika kita lihat ke dalam gambar roda emosi, kewalahan adalah ekspresi emosi takut. Jadi alih-alih Ibu Adriana marah, dia sebetulnya sedang mengekspresikan perasaan takutnya.
Dalam kondisi itu, ibu Adriana hendaknya memiliki kesadaran penuh (mindfullness) sehingga ia bisa merasa lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih sehingga bisa mengambil keputusan yang lebih responsif dan reflektif. Dengan demikian, ia tidak perlu memarahi Diana sampai membuatnya malu di depan teman-temannya yang lain.
Dalam kasus 2, ibu Adriana dihadapkan pada situasi dimana ia harus menyelesaikan beberapa tugas secara bersamaan. Ia harus memastikan semua perencanaan, pengaturan personil, dan pengaturan anggaran sudah tepat. Tugas-tugas yang ia kerjakan secara bersamaan membuat pikirannya beralih sehingga tidak lagi fokus dan lupa menyiapkan rubrik untuk pembelajaran geografi keesokan harinya.
Mengerjakan beberapa tugas secara bersamaan membuat pikiran kita beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Tubuh menjadi lelah dan hasil pekerjaan kita cenderung tidak optimal. Dengan banyaknya tugas dan gangguan yang ada di sekeliling kita, kemampuan mengelola fokus menjadi kemampuan yang sangat penting.
Dalam kondisi itu, ibu Adriana dapat melakukan latihan STOP untuk mengembalikan pikirannya agar kembali fokus pada tugas yang lebih prioritas. Selain itu, latihan ini juga penting untuk mencegah ibu Adriana dari rasa stres dan ketegangan akibat tugas yang banyak. Latihan ini bisa membuat ibu Adriana berpikir dan berbuat dengan kesadaran penuh (mindfullness) sehingga ia bisa menyadari tugas yang lebih prioritas.
Pada kasus 3, pada saat ibu Adriana sedang memanggil murid atlet karena tidak mengumpulkan tugas, maka di saat itu, di tempat itu, situasi yang sesungguhnya sedang berlangsung. Ibu Adriana dapat mengesampingkan sejenak situasi kelas, atau masalah dalam kepanitiaan. Ibu Adriana dengan kesadaran penuh betul-betul sadar dan fokus pada situasi si murid. Dia dapat mulai memahami situasi yang dihadapi si murid. Saat si murid bercerita, maka seluruh indera Ibu Adriana pun tercurah pada situasi saat itu. Mata, telinga, seluruh tubuh Ibu Adriana memang sedang berhadapan dengan si murid atlet yang sedang menceritakan masalahnya.
Dengan melakukan teknik STOP, Ibu Adriana berada dalam kondisi rileks sehingga membantunya untuk lebih mudah mencerna dan tetap tenang menanggapi tanpa penghakiman. Si murid atlet mungkin akan tetap menghadapi jadwal latihannya yang padat ditambah tuntutan akademik yang tidak ringan, tetapi dia akan merasa jauh lebih baik menyadari ada Ibu Adriana yang mau betul-betul mendengarkan.
Saat murid diterima secara penuh, maka dia pun akan belajar untuk menerima dan memahami orang lain dengan lebih mudah. Si murid atlet belajar bagaimana menanggapi secara positif masalah orang lain melalui pengalamannya bersama Ibu Adriana. Tanpa sadar Ibu Adriana sedang mengajarkan keterampilan berempati dengan cara mencontohkannya langsung.
Dalam kasus 4, saat kepala sekolah meminta untuk mengembalikan rencana perayaan hari kemerdekaan ke rencana semula. Ibu Adriana yang sudah merasa kewalahan dan stres menghadapi permasalahan sehari-hari menjadi semakin tertekan. Sudah tergambar dalam benak Ibu Adriana, bagaimana rencana yang sudah tersusun tiba-tiba harus diubah semua. Bayangan bahwa ini akan mengubah semua yang telah disiapkan dan dilakukan membuat Ibu Adriana tidak mampu berpikir jernih. Di saat seperti itu, Ibu Adriana seperti tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi apalagi untuk mengubah proposal kegiatannya. Dia meninggalkan kantor kepala sekolah tanpa mampu menjelaskan situasi, dan pergi ke ruang wakil panitia untuk memberikan tugas merevisi proposal yang seharusnya menjadi tugasnya.
Di saat seperti inilah, Ibu Adriana perlu mengembalikan dirinya dalam kesadaran penuh. Teknik STOP dapat membantunya bersikap lebih responsif terhadap situasi. Teknik ini bahkan dapat dilakukan saat Ibu Adriana masih berada di depan kepala sekolah. Saat tenang dan berkesadaran penuh, Ibu Adriana lebih dapat mengungkapkan situasi dan kondisi di lapangan yang menyebabkan beberapa hal perlu diputuskan seperti yang ada dalam proposal. Dengan demikian, Ibu Adriana mampu dengan jelas dan terstruktur menjelaskan dengan gamblang, sehingga bisa jadi kepala sekolah menerima atau paling tidak memahami situasi dan tidak memaksakan untuk kembali ke rencana awal.
Pada kasus 5, Ibu Adriana merasa bahwa kinerjanya setelah beberapa tahun bekerja menjadi guru di sekolah tersebut semakin menurun. Dia pun berniat untuk menulis surat pengunduran diri. Dengan menggunakan kerangka POOCH, ibu Adriana bisa menganalisis permasalahannya sebelum mengambil keputusan.
PROBLEM / MASALAH
Realita yang dihadapi ibu Adriana adalah bahwa ia kurang bisa membagi waktu antara tugas mengajar dan mengerjakan tugas tambahan dari kepala sekolah. Ia berharap bisa terampil dalam membagi waktu antara tugas mengajar dan mengerjakan tugas tambahan dari kepala sekolah
Setelah dianalisis, ternyata masalah yang dihadapi ibu Adriana disebabkan karena ia belum mampu menentukan prioritas, ingin semua ada dalam kendali diri, belum memiliki keterampilan komunikasi untuk meminta bantuan, dan belum memiliki keterampilan komunikasi asertif untuk menolak tugas yang terus diberikan.
OPTION / ALTERNATIF PILIHAN
Beberapa alternatif pilihan yang dapat dilakukan ibu Adriana adalah sebagai berikut:
- Mencari informasi tentang membuat skala prioritas (berkonsultasi dengan rekan, teman, atasan, belajar dari internet)
- Belajar percaya dengan mendelegasikan tugas kepada orang lain
- Belajar mengembangkan kemampuan komunikasi umum maupun asertif terhadap kepala sekolah.
OUTCOMES/ HASIL atau KONSEKUENSI
Jika ia memilih opsi yang pertama, maka ia harus menyediakan waktu lebih banyak dan kemauan untuk belajar dan berkurang waktu untuk bersosialisasi dengan orang lain (keluarga, teman). Tapi positifnya, ia dapat menentukan dan mengelola prioritas sehingga berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Jika ia memilih opsi yang kedua, ia harus meluangkan waktu untuk mengcoach rekan lain, orang lain mungkin merasa mendapatkan tambahan beban kerja, kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi diri. Tapi keuntungannya, ia bisa membangun tim kerja yang lebih solid dan professional. Sementara jika ia memilih opsi yang ketiga, kemungkinan terjadi kesalahpahaman atau konflik dengan rekan atau atasan. Tapi positifnya, ia bisa mengembangkan kompetensi diri sehingga kinerjanya dapat meningkat, kontribusi yang lebih besar untuk sekolah.
CHOICES/ PILIHAN KEPUTUSAN
Setelah dipertimbangkan konsekuensi yang ada, maka ia akan mengambil pilihan untuk belajar mengembangkan keterampilan menentukan prioritas karena itu akan memberikan dampak pada kualitas pengajaran dan pengelolaan tugas tambahan di masa mendatang.
REFLEKSI
Pilihan yang diambil perlu terus direfleksikan untuk mengetahui efektivitasnya. Jika tidak efektif, maka ulangi proses dari kerangka POOCH ini.
Penerapan pembelajaran kompetensi sosial dan emosional dapat dilakukan dalam 3 ruang lingkup, yaitu ruang lingkup rutin, terintegrasi dalam mata pelajaran, dan protokol yang mencakup budaya atau tata tertib.
Setelah mempelajari penerapan 5 (lima) kompetensi sosial-emosional berbasis kesadaran penuh, saya merasa senang karena saya bisa mengetahui cara mengontrol emosi sekaligus melatih kesadaran penuh (mindfullness). Hal baru yang saya pelajari adalah bagaimana cara melatih kesadaran penuh (mindfullness) dengan latihan menyadari nafas (mindful breathing); latihan bergerak sadar (mindful movement), yaitu bergerak yang disertai kesadaran tentang intensi dan tujuan gerakan; latihan berjalan sadar (mindful walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat berjalan, dan berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera (sharpening the senses) dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di ujung jari, dan sensori peraba kita.
Penerapan kompetensi sosial-emosional berbasis kesadaran penuh yang dapat saya terapkan sebagai pendidik adalah mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melatih murid berkesadaran penuh (mindfullness) dengan metode STOP, melatih empati bagi murid, dan melatih murid mengambil keputusan yang bertanggung jawab dengan teknik POOCH.